muharram adruce noor blog's

muharram adruce noor blog's

Rabu, 06 November 2013

Uts bk muharram adruce noor

1.                  Jelaskan perbedaan bimbingan dan konseling!
2.                  Mengapa di sd tidak perlu ada petugas bimbingan? Bagaimana perbedaanbimbingan di sd?
3.                  Berilah contoh masalah-masalah yang sering dialami anak sd dan bagaimana upaya guru untuk menyelesaikanya!
4.                  Ada dua teknik pengumpulan data, test dan nontest, jelaskan dan beri contoh.
5.                  Berikan contoh salah satu layanan bk yang diberikan  di sd dan jelaskan!
Jawab
1.                  Bimbingan adalah suatu proses pemberian bantuan yang terus menerus dan sistematis kepada individu dalam memecahkan masalah yang dihadapinya, agar tercapai kemampuan untuk dapat memahami dirinya (self understanding), kemampuan untuk menerima dirinya (self acceptance), kemampuan untuk mengarahkan dirinya (self direction) dan kemampuan untuk merealisasikan dirinya (self realization) sesuai dengan potensi atau kemampuannya dalam mencapai penyesuaian diridengan lingkungan, baik keluarga, sekolah dan masyarakat. Sedangkan.
Konseling merupakan suatu hubungan professional antara seorang konselor yang terlatih dengan klien. Hubungan ini biasanya bersifat individual atau seorang-seorang, meskipun kadang-kadang melibatkan lebih dari dua orang dan dirancang untuk membantu klien memahami dan memperjelas pandangan terhadap ruang lingkup hidupnya, sehingga dapat membuat pilihan yang bermakna bagi dirinya.
2.                  Bimbingan merupakan bantuan kepada individu dalam menghadapi persoalan-persoalan yang dapat timbul dalam hidupnya. Bantuan semacam itu sangat tepat jika diberikan di sekolah, supaya setiap siswa lebih berkembang ke arah yang semaksimal mungkin. Dengan demikian bimbingan menjadi bidang layanan khusus dalam keseluruhan kegiatan pendidikan sekolah yang ditangani oleh tenaga-tenaga ahli dalam bidang tersebut.
Di Sekolah Dasar, kegiatan Bimbingan tidak diberikan oleh Guru Pembimbing secara khusus seperti di jenjang pendidikan SMP dan SMA. Guru kelas harus menjalankan tugasnya secara menyeluruh, baik tugas menyampaikan semua materi pelajaran (kecuali Agama dan Penjaskes) dan memberikan layanan bimbingan kepada semua siswa tanpa terkecuali.
Sardiman (2001:142) menyatakan bahwa ada sembilan peran guru dalam kegiatan BK, yaitu:
a.                   Informator, guru diharapkan sebagai pelaksana cara mengajar informatif, laboratorium, studi lapangan, dan sumber informasi kegiatan akademik maupun umum.
b.                  Organisator, guru sebagai pengelola kegiatan akademik, silabus, jadwal pelajaran dan lain-lain.
c.                   Motivator, guru harus mampu merangsang dan memberikan dorongan serta reinforcement untuk mendinamisasikan potensi siswa, menumbuhkan swadaya (aktivitas) dan daya cipta (kreativitas) sehingga akan terjadi dinamika di dalam proses belajar-mengajar.
d.                  Director, guru harus dapat membimbing dan mengarahkan kegiatan belajar siswa sesuai dengan tujuan yang dicita-citakan.
e.                   Inisiator, guru sebagai pencetus ide dalam proses belajar-mengajar.
f.                   Transmitter, guru bertindak selaku penyebar kebijaksanaan dalam pendidikan dan pengetahuan.
g.                  Fasilitator, guru akan memberikan fasilitas atau kemudahan dalam proses belajar-mengajar.
h.                  Mediator, guru sebagai penengah dalam kegiatan belajar siswa.
i.                    Evaluator, guru mempunyai otoritas untuk menilai prestasi anak didik dalam bidang akademik maupun tingkah laku sosialnya, sehingga dapat menentukan bagaimana anak didiknya berhasil atau tidak.
Guru Sekolah Dasar harus melaksanakan sembilan layanan bimbingan tersebut agar setiap permasalahan yang dihadapi siswa dapat diantisipasi sedini mungkin sehingga tidak menggangu jalannya proses pembelajaran. Dengan demikian siswa dapat mencapai prestasi belajar secara optimal tanpa mengalami hambatan dan permasalahan pembelajaran yang cukup berarti.
Perbedaan bimbingan di sekolah dasar dengan di jenjang smp atau sma adalah pada tahap usia perkembangan dan banyaknya masalah yang dialami oleh siswa/kompleksitas masalah.  Selain itu juga pada arah pengembangan individu secara maksimal, dalam pertumbuhan anak sd dan smp serta sma pasti engalami kemajuan intelektual yang berbeda, jadi peranan bimbingannya pun berbeda.
3.                  Masalah yang dialami anak sd dan langkah guru untuk mengatasi diantaranya:
1.                  anak suka membadut diri didalam kelas hal ini menunjukkan anaks sangat membutuhkan perhatian baik dari teman-teman atau gurunya.
2.                  anak suka menyakiti temannya hal ini dapat diakibatkan karena anak kurang mendapatkan perhatian, merasa super dikelasnya, atau hidup dalam lingkungan yang keras.
3.                  anak suka diam dan melamun, masalah ini dapat diakibatkan oleh rasa takut, masalah keluarga dirumah atau pun masalah pergaulan dengan teman-temannya.
4.                  anak suka mencuri barang-barang milik temannya dan milik sekolah, hal ini lebih banyak diakibatkan oleh hubungan pergaulan anak dan bukan akibat problem ekonominya.
5.                  anak suka berkelahi, hubingan anak-anak dengan teman-temannya diluar juga mengakibatkan anak suka berkelahi. Hal ini disebabkan oleh karena anak-anak suka berkelompok-kelompok, untuk mempertahankan gengsi kelompok anak sering berkelahi dengan kelompok lain atau dengan temna lainnya.
6.                  problem seks pada anak-anak, misalnya anak suka mengintip temannya dan mempermainkan alat kelamin temannya, anak suka bergaul dengan orang yang lebih dewasa atau anak suka melihat film dan gambar porno.
7.                  anak suka mengantuk, akibat banyaknya pekerjaan yang ditimpakan kepadanya.
8.                  banyak tugas yang tidak dikerjakan, hal ini mungkin karena anak terlalu payah
9.                  anak suka membolos, anak terlalu banyak memikirkan pekerjaan dirumah untuk membantu orangtuanya.
10.              Anak Suka Iri, Banyak faktor yang mnyebabkan anak mengalami kesukarannya dalam belajar, baik secara fisik, psikis, maupun sosial. Begitu pula ciri atau gejalanya sangat banyak salah satunya, anak kesulitan menangkap pelajaran atau menulis. Dalam kasusu ini, dapat dikatakan anak tersebut mengalami kesukaran belajar. Anak semacam ini butuh perhatian dan perlakuan khusus. Tentu bukan bermaksud memanjakannya, karena justru akan membuatnya tergantung. Ini untuk membantu  anak mengatasi masalah kesukuran dalam belajarnya.
11.              rasa benci yang membara, Ada anak berbohong karena rasa benci dalam dirinya. Rasa bencinya ini membuatnya tidak ragu memfitnah teman yang tak disukai. Kasus berbohong karena rasa benci ini tergolong paling parah, dan orang tua disarankan agar segera menghubungi ahli.
12.              Anak Suka Berkata Kotor, Seruan anak yang sering kali membuat orang dewasa yang ada disekelilingnya kesal dan malu biasanya berupa kata-kata kasar dan omongan kotor. Entah saat ia menyerukan kata-kata berkonotasi seksual, atau kata-kata cemoohan, siapapun tidak suka. Reaksi orang dewasa disekitarnya, memang bermacam-macam. Ada yang langsung bereaksi keras, ada pula yang malah tidak mengacuhkannya. Akibatnya, reaksi anak berbeda-beda. Ada yang terus melakukannya, ada pula yang lambat laun berhenti, karena sadar oranglain membenci kata-kata yang diucapkannya itu.
13.              Anak Susah Belajar Pada usia anak-anak ( 6 tahun ) biasanya susah sekali disuruh belajar. Guru harus mengetahui karakteristik anak usia anak-anak. Pada usianya masih tergolong dalam usia pra sekolah atau usia bermain. Melalui bermain anak bisa memperoleh kesenangan dan mempelajari bermcam-macam hal, sehinga sangat dianjurkan untuk mengisi kegiatan bermain mereka secara terarah. Yaitu yang melibatkan aktivitas fisik seperti berlari, melompot, memanjat, meniti dan kegiatan bermain yang lebih banyak melibatkan aktivitas mental, dimana anak perlu menggunakan akal / pikiran, kreativitas dan imajinasinya. Rentang perhatian anak biasanya masih pendek, dia tidak tahan duduk lebih dari 30 menit.
14.              Kesulitan dalam berbicara dan berbahasa, Kesulitan dalam berbicara dan berbahasa sering menjadi indikasi awal bagi kesulitan belajar yang dialami seorang anak. Orang yang mengalami kesulitan jenis ini menemui kesulitan dalam menghasilkan bunyi –bunyi bahasa yang tepat, berkomunikasi dengan orang lain melalui penggunaan bahasa yang benar, atau memahami apa yang orang lain katakan.

4.                  Teknik engumpulan data tes dan non tes serta contohnya:
1.                  Teknik Tes
Tes merupakan suatu metode penelitian psikologis untuk memperoleh informasi tentang berbagai aspek dalam tingkah laku dan kehidupan psikologis seseorang, dengan menggunakan pengukuran (measurement) yang menghasilkan suatu deskripsi kuantitatif tentang aspek yang diukur.
Alat tes yang digunakan untuk pengumpulan data (himpunan data) harus yang distandardisasikan (stantardizet test) dalam arti cara penyelenggaraan tes, cara pemeriksaannya, dan penentuan norma penafsirannya seragam. Selain itu juga harus memiliki validitas dalam arti ada kesesuain antar apa yang diukur (diteliti) dalam tes dengan aspek yang direncanakan untuk diukur melalui tes tersebut. Alat tes yang digunakan dalam himpunan data juga harus memiliki reliabilitas dalam arti  ada keajegan dalam hasil yang diperoleh apabila seseorang mengerjakan suatu tes pada waktu yang berlainan.
Tes sebagai alat pengumpulan data digunakan dengan tujuan untuk:
a) memperkirakan (prediktif) tentang taraf prestasi atau corak perilaku di kemudian hari. b) mengadakan seleksi untuk menerima atau menempatkan individu pada posisi tertentu. c) mengadakan klasifikasi untuk menentukan dalam kelompok mana seseorang sebaiknya dimasukan untuk mengikuti suatu program pendidikan tertentu, bekerja dalam jabatan tertentu, atau dikenai program rehabilitasi tertentu,. d) mengadakan evaluasi tentang program-program studi, proses pembelajaran, dan lain sebagainya.
Tes yang digunakan dalam himpunan data ada beberapa macam:
a.                   Tes hasil belajar (achievement tes)
Tes ini digunakan untuk mengukur apa yang telah dipelajarioleh siswa di berbagai mata pelajaran. Tes hasil belajar ada beberapa macam antara lain tes kompotensi (competency tes) ; yaitu tes yang mengukur taraf penguasaan dalam keterampilan-keterampilan dasar seperti membaca, menulis, dan berhitung. Selain itu ada tes diagnostik (diagnostic tes), yaitu tes untuk mengukur atau mencari sebab-sebab timbulnya kesulitan pada siswa dalam mata pelajaran tertentu.

b.                  Tes kemampuan khusus (Tes of Specific Ability )
Tes ini digunakan untuk mengukur taraf kemampuan seseorang untuk berhasil dalam mata pelajaran tertentu, program pendidikan vokasional tertentu,  atau bidang karier tertentu. Tes ini lingkupnya lebih terbatas dari kemampuan intelektual.
c.                   Tes minat (Tes of Vocational)
Tes ini digunakan untuk mengukur kegiatan-kegiatan apa yang paling diminati siswa. Selain itu, juga untuk membantu siswa dalam memilih jenis karier yang sesuai dengan karakteristik kepribadiannya.
d.                  Tes Perkembangan vocasional
Tes ini digunakan untuk mengukur taraf perkembangan sesorang(siswa) dalam hal kesadaran akan memangku suatu pekerjaan atau jabatan tertentu, memikirkan hubungan antara memangku suatu jabatan dengan ciri-ciri kepribadiannya serta tuntutan-tuntutan sosial ekonomis, dan dalam menyusun serta mengimplementasikan rencana masa depannya sendiri.
e.                   Tes Kepribadian
Tes ini digunakan dalam himpunan data untuk mengukur ciri-ciri kepribadian tertentu pada siswa seperti karakter, temperamen, corak kehidupan emosinal, kesehatan mental, relasi sosial dengan orang lain dan bidang-bidang kehidupan yang menimbulkan kesukaran dalam penyesuaian diri. Termasuk dalam tes ini adalah tes tes proyektif yaitu tes untuk mengukur  sifat-sifat kepribadian  seseorang melalui reaksi-reaksinya terhadap suatu kisah, gambaran, atau suatu kata.  Tes ini diadministasikan oleh psikolog. Angket kepribadian untuk mengukur ciri kepribadian seseorang (siswa) melalui analisis-analisis jawaban tertulis atau sejumlah pertanyaan untuk menentukan suatu pola sikap, motivasi, dan reaksi emosional yang khas pada seseorang.
2.                  Teknik Nontes
Yang termasuk alat-alat nontes dalam himpunan data adalah:
a.                   Angket tertulis
Angket memuat sejumlah item pertanyaan yang harus dijawab oleh responden (siswa). Pengumpulan data melalui angket, komunikasi antara pembimbing dengan siswa dilakukan secara tertulis, sehingga siswa pun menjawab secara tertulis pula. Dengan perkataan lain, data yang akan dikumpulkan dijabarkan dalam bentuk pertanyaan tertulis. Angket ada yang bersifat langsung dan tidak langsung.
b.                  Wawancara
Apabila dalam angket komunikasi antara pembimbing dengan siswa dilakukan secara tertulis, maka dalam wawancara komunikasi dilakukan secara lisan. Sebagaimana halnya angket, wawancara juga ada yang bersifat langsung dan yang bersifat tidak langsung. Beberapa hal yang perlu diperhatikan dalam melakukan wawancara untuk mengumpulkan data siswa adalah: 1) pembimbing hendaknya dapat menciptakan situasi yang bebas, terbuka dan menyenangkan, sehingga siswa dapat secara bebas dan terbuka memberikan jawaban (keterangan). 2) pertanyaan yang diajukan diajukan hendaknya disusun secara sistematis sehingga mudah dipahami oleh siswa. 3) jawaban atau keterangan yang telah diberikan oleh siswa segera dicatat[6].
c.                   Observasi
Teknik dilakukan dengan mengadakan pengamatan secara seksama baik secara langsung maupun tidak lansung terhadap berbagai aktifitas siswa di lingkungan sekolah maupun di luar lingkungan sekolah termasuk rumah. Observasi dapat dilakukan secara partisipatif (terlibat) maupun nonpartisipatif (tidak terlibat).
d.                  Otobiografi
Otobiografi merupakan karangan yang ditulis oleh siswa sendiri tentang riwayat hidupnya. Dengan perkataan lain Otobiografi adalah riwayat hidup atau catatan-catatan harian yang dibuat sendiri oleh siswa. Teknik ini dilakukan dengan menyuruh siswa membuat catatan berbagai kejadian (peristiwa) tentang dirinya baik yang menyenangkan maupun yang tidak menyenagkan, yang sudah dialami maupun yang sedang terjadi, dan yang masih merupakan cita-cita. Cara yang sederhana untuk menerapkan teknik ini adalah menyuruh siswa membuat karangan dengan judul-judul tertentu seperti: masa kecilku, keadaan keluargaku, pengalaman masa kecilku, bersama orang-orang yang aku sayangi , hari-hari kelam dalam hidupku, cita-citaku di masa depan, guruku yang kusayangi, dan topik-topik lain,. Siswa boleh memilih topik di atas sesuai dengan keadaan yang terjadi atas dirinya.
e.                   Anekdot (anecdotal record)
Catatan anekdot merupakan laporan singkat tentang berbagai kejadian atau perilaku tentang siswa dan membuat deskrifsi objektif tentang perilaku siswa pada saat tertentu. Atau merupakan suatu bentuk catatan peristiwa yang dianggap penting dalam suatu situasi tentang siswa baik bersifat individual maupun kelompok. Peristiwa tersebut merupakan data bagi siswa yang bersangkutan dan sangat diperlukan untuk memberikan layanan bimbingan dan konseling kepada mereka. peristiwa-peristiwa itu dapat terjadi secara insedintil tanpa dapat diramalkan terlebih dahulu.
Catatan anekdot ada dua bentuk, yaitu : 1) catatan anekdot insidentil, yang digunakan untuk mencatat berbagai peristiwa yang terjadi secara insidentel baik yang baersifat individu maupun kelompok. 2) catatan anekdot periodik, yang digunakan untuk mencatat berbagai peristiwa tertentu yang terjadi secara insidentil dalam suatu periode tertentu.
Catatan anekdot yang baik harus memuat unsur-unsur : nama siswa, tanggal observasi, tempat observasi, situasi dimana peristiwa atau kejadian diobservasi, , kelas siswa, deskrifsi singkat tentang tindakan-tindakan  yang diamati beserta reaksi orang lain terhadap perbuatan siswa, apabila diberikan interpretasi, komentar atau rekomendasi ditulis kolom tersendiri yang terpisaah dari kolom yang membuat deskrifsi, dan nama pengamat.
f.                   Skala penilaian (Rating scale)
Skala penilain dapat digunakan sebagai pedoman observasi. Skala penilain merupakan sebuah daftar yang menyajikan sejumlah sifat atau sikap yang dijabarkan dalm bentuk skala. Hampir sama dengan daftar cek, tetapi dalam skala penilaian aspek yang dicek ditempatkan dalam bentuk skala. Teknik ini sangat tepat apabila digunakan untuk mengobservasi situasi tertentu secara kualitatif. Dalam skala penilaian, aspek-aspek yang diobservasi dijabarkan dalam bentuk alternatif-alternatif yang masing-masing memiliki skor berlainan.
Skala penilaian dapat dibuat secara deskriftif dan secara numerik. Skala penilaian deskriftif apabila aspek yang diobservasi dijabarkan dalam bentuk alternatif-alternatif pilihan kualitatif seperti sangat sering, sering, kadang-kadang, jarang, tidak pernah. Atau sangat senang, senang, kurang senang, tidak senang, sangat tidak senang. Skala penilaian numeris adalah apabila aspek-aspek yang diobservasi dijabarkan dalam bentuk alternatif-alternatif kuantitatif  (bilangan).
g.                  Sosiometri
Sosiometri merupakan alat (instrumen) untuk mengumpulkan data tentang hubungan-hubungan sosial dan tingkah laku sosial siswa. Melalui teknik ini pembimbing dapat memperoleh data tentang susunan hubungan antar siswa, struktur hubungan siswa, dan arah hubungan sosialdeskrifsi suasana hubungan sosial yang diperoleh melalui sosiometri disebut sosiogram. Selain itu juga, pembimbing juga dapat membuat data sosiometris untuk setiap siswa. Untuk data sosiometris selanjutnya pembimbing dapat mengetahui frekuensi pemilihan, yaitu banyaknya siswa yang dipilih, keakraban pergaulan antar siswa, status pilihan atau penolakan, dan popularitas dalam pergaulan.
Pelaksanaan sosiometri menempuh langkah-langkah sebagai berikut: 1) Para siswa diminta untuk memilih satu, dua atau lebih teman yang paling disenangi dalam kerja sama untuk suatu kegiatan. Jenis kegiatan hendaknya dijelaskan terlebih dahulu oleh pembimbing. Teman yang dipilih ditulis dalam lembaran isian sosiometri. 2) Setelah siswa menulis dalm lembarna isian, selanjutnya dikumpulkan untuk ditabulasi dalam atrik sosiometris. 3) berdasarkan matrik sosiometris, pembimbing melakukan analisis.
h.                  Kunjungan rumah
Kunjungan rumah dilakukan untuk mengenal secara lebih dekat lingkungan keluarga siswa. Secara psikologis dan social, kunjungan rumah akan menimbulkan keakraban dan saling pengertian antara pihak sekolah dan madrasah secara umum dan pembimbing secara khusus dengan orangtua siswa. Kunjungan rumah juga digunakan untuk memperoleh informasi terutama informasi yang belum diperoleh secara jelas melalui angket dan wawancara.
Hal-hal yang perlu diperhatikan oleh pembimbing yang akan melakukan kunjungan rumah adalah sebagai berikut: 1) Mengadakan persiapan menyangkut informasi-informasi apa yang akan diperoleh melalui kunjungan rumah. 2) hindatkan kesan solah-olah diadakan pemeriksaan (inspeksi). Pembimbing harus menunjukkan sikap ramah dan rendah hati sehingga orang tua mau berbicara secara terbuka. 3) pastikn bahwa kedatangan pembimbing akan doterima secara baik oleh orang tua siswa. Kepastian itu bias dipertanyakan kepada siswa yang rumahnya dikunjungi. Apabila tidak ada kepastian tentang penerimaan oleh orang tua, sebaiknya kunjungan rumah digunakan.4) kumpulkn informasi yang mencakup: a) ltak dan keadaan dalam rumah seperti: keadaan fisik rumah, seumber penerangan dan sebagainya, b) fasilitas belajar yang tersedia bagi siswa, c) kebiasaan belajar siswa seperti waktu belajar, inisiatif belajar, belajar bersama teman atau sendirian, d) suasana keluarga seprti corak hubungan antara orang tua dengan anak, sikap orang tua terhadap sekolah adan madrasah, sikap oramg tua teman-teman bergaul anak, harapan kedua orang tua terhadap anak, keadaan ekonomi dan lain sebagainya. e) setelah kembali dari melakukan kunjungan rumah, pembimbing menyusun laporan singkat tentang informasi yang diperoleh.
i.                    Kartu pribadi
Kartu pribadi merupakan suatu catatan yang disusun secara kronologis dan terus bertambah secara luas karena pnambahan data secara kontinyu. Di dalam kartu pribadi, termuat adata penting tentang siswa. Dalam konteks bimbingan-konseling, kartu pribadi merupakan suatu catatan tentang masing-masing siswa yang disusun selama beberapa waktu dan memuat data yang signifikasn bagi keperluan bimbingan.
j.                    Studi kasus
Studi kasus dapat bermakna suatu teknik mempelajari sorang individu secara mendalam untuk membantunya memecahkan masalah atau memperoleh penyesuaian diri lebih baik. Data yang diperoleh melalui studi kasus itulah yang digunakan untuk menetapkan jenis kesulitan atau masalah yang dialami individu dan juga menetapkan jenis bantuan atau bimbingan yang dapat diberikan.
Beberapa masalah yang bias dikumpuljan mealui studi kasus adalah: 1) identitas diri seperti: nama, jenis kelamin, tanggal lahir, alamat, nomor pokok siswa, dan lain-lain. 2) latar belakang keluarga seperti: jumlah anggota keluarga, status social keluarga, pekerjaan orang tua, situasi rumah, bantuan orang tua dan sebagainya. 3) keadaan kesehatan dan pengembangan jasmani, seperti sakit yang pernah diderita siswa, ciri-ciri jasmani, dan lain sebagainya. 4) latar belakang pendidikan seperti: pengalamn pendidika, hasil belajar, minat belajar, kegagalan dalam pendidikan dan lain sebagainya. 5) kemapuan dasar saperti; kecerdasan, bakat, minat, sikap dan lain sebagainya. 6) tinghkah laku social seperti; latar belakang pergaulan, sikapnya terhadap orang lain, peranan dalam kelompok social, dan lain sebagainya.
5.                  Layanan bimbingan dan konseling di SD meliputi layanan orientasi, informasi, penempatan/penyaluran, pembelajaran, konseling perorangan, bimbingan kelompok, dan konseling kelompok. Layanan orientasi di SD ditujukan untuk siswa baru guna memberikan pemahaman dan penyesuaian diri terhadap lingkungan sekolah yang baru dimasuki. Hasil yang diharapkan dari layanan orientasi ialah dipermudahnya penyesuaian siswa terhadap pola kehidupan sosial, kegiatan belajar, dan kegiatan di sekolah lain yang mendukung keberhasilan siswa. Fungsi utama bimbingan ini ialah fungsi pemahaman dan pencegahan.
Layanan informasi bertujuan untuk membekali siswa dengan berbagai pengetahuan dan pemahaman tentang berbagai hal yang berguna untuk mengenali diri, merencanakan, dan mengembangkan pola kehidupan sebagai pelajar, anggota keluarga, dan masyarakat. Layanan ini digunakan sebagai bahan acuan dalam meningkatkan kegiatan dan prestasi belajar, mengembangkan cita-cita, dan mengambil keputusan. Fungsi utama layanan ini ialah fungsi pemahaman dan pencegahan.
Layanan penempatan dan penyaluran memungkinkan siswa berada pada posisi dan pilihan yang tepat, yaitu berkenaan dengan posisi duduk dalam kelas, kelompok belajar kegiatan ekstra kurikuler, program latihan, serta kegiatan-kegiatan lainnya sesuai dengan kondisi fisik dan psikisnya. Fungsi utama layanan ini ialah fungsi pencegahan dan perkembangan/pemeliharaan.
Layanan pembelajaran dimaksudkan untuk memungkinkan siswa memahami serta mengembangkan sikap dan kebiasaan belajar yang baik, keterampilan dan materi belajar yang cocok dengan kecepatan dan kesulitan belajarnya, serta tuntutan kemampuan yang berguna dalam kehidupan dan perkembangan dirinya. Fungsi utama layanan ini ialah fungsi pemeliharaan dan pengembangan.
Layanan konseling perseorangan memungkinkan siswa mendapatkan layanan langsung secara tatap muka dengan guru kelas dalam pembahasan permasalahannya. Fungsi utama layanan ini ialah fungsi pengentasan.
Layanan bimbingan kelompok dimaksudkan untuk memungkinkan siswa secara bersama-sama memperoleh berbagai bahan dari narasumber yang bermanfaat untuk kehidupan sehari-hari, baik sebagai individu maupun sebagai pelajar, anggota keluarga dan masyarakat. Fungsi utama layanan ini ialah fungsi pemahaman dan pengembangan.
Layanan konseling kelompok memungkinkan siswa memperoleh kesempatan bagi pembahasan dan pengentasan masalah yang dialami melalui dinamika kelompok. Fungsi utama layanan ini ialah fungsi pengentasan.









Tidak ada komentar:

Posting Komentar